Ervina
Beberapa hari yang lalu, aku menonton sebuah film berjudul CIN(T)A. Here's the summary of the movie :)

"Mengapa Tuhan menciptakan kita berbeda-beda … jika Dia hanya ingin disembah dengan satu cara?" (Annisa-CIN(T)A) 
Suatu pagi, yang mengisyaratkan segala aktivitas anak manusia dimulai, memotret dengan apik kesalehan Cina (Junky Soon) dalam setiap perilakunya. Hari pertamanya diwarnai dengan prosesi penerimaan mahasiswa baru di kampus yang juga terasa biasa saja. Sampai kemudian muncullah Annisa (Saira Jihan), dengan kecantikannya yang mutlak, yang berhasil menyihirnya untuk sekian menit. Mereka berdua akhirnya bisa menjadi dekat satu sama lain dengan menyadari keadaan masing-masing pihak; Cina yang terbelit urusan ekonomi karena harus membiayai kuliahnya sendiri karena menolak beasiswa untuk bersekolah di Singapura dan

Annisa yang selalu murung dan merupakan mantan pemain sinetron dengan idealisme khas seorang anak muda sehingga membuatnya berpredikat mahasiswi Arsitektur cantik dengan IP yang pas-pasan. Hubungan mereka tak berjalan mulus; terganjal status Annisa yang sudah dijodohkan. Di sisi lain, obsesi Annisa untuk menjadi seorang sutradara memaksanya mengabaikan kewajibannya untuk menyelesaikan tugas akhir kuliah. Cina yang pintar dan sangat perhatian akhirnya membantunya sampai dia berhasil melewati presentasi panjang dan pertanyaan bertubi-tubi tentang maket yang dia buat. Ini menambah kesulitan Annisa untuk memilih antara cinta atau taat pada perintah orang tua.

Komunikasi yang terjalin di antara mereka berputar dalam masalah klasik yang sangat fundamental; agama dan ras. Pencarian akan sebuah jawaban mengapa mereka tidak bisa bersatu hanya karena masalah perbedaan ras dan agama pada akhirnya hanya mengantarkan pada sebuah pertanyaan tanpa akhir. Walaupun begitu mereka menikmati waktu yang dijalani bersama, tertawa pada cemoohan orang di luar sana. Dua perbedaan saling melengkapi dan menghargai satu sama lain. Sampai pada suatu ketika terjadi pengeboman pada gereja-gereja pada malam misa. Cina yang terlalu shock pada akhirnya gamang, mempertanyakan maksud Tuhan dalam semua kejadian. Segala kondisi yang ada membuatnya menyerah dan mengakui satu hal; ia memang kaum minoritas. Saat itulah Annisa ada, menguatkannya. Akhirnya, perjuangan mereka pun sampai pada batasnya.

Setelah menonton film ini, entah mengapa, aku merasa terinspirasi. Aku sendiri sedang menjalani hubungan dengan perbedaan agama. Harus aku akui, hal ini tidak mudah. Di satu sisi, kami saling mencintai. Namun di sisi lain, perbedaan kami membuat kami sulit bersatu, entah dari suduh pandangan kami, maupun untuk menunjukan hubungan kami ke orangtua dan kerabat kami. Secara pribadi, aku tidak mengerti, mengapa perbedaan agama harus menjadi suatu penghambat dalam hubungan, kalau cinta bisa menyatukan semuanya, bukankah begitu? 

Sekarang satu hal yang saya yakini, pasti ada jalan untuk menyatukan apa yang telah kami jalani saat ini, dan Tuhan pasti telah mengatur segalanya demi kami. *aminn* 
Intinya, Tuhan tahu yang terbaik buat kita, jika kalian sedang menjalani hubungan dengan perbedaan ras ataupun agama, jalani saja, dan yakinlah Tuhan telah menyiapkan sesuatu yang indah bagi kita.. 
0 Responses

Post a Comment